Campur-campur (Rizal Ghaisan Satya Ozora)
Share anything here with me.
Laman
Beranda
Tanjung "Tanah Ragaku"
REMPA-SMANSA
PUISI-PUISIKU
Photo
My Family(Photo)
Tentang Saya
Cari Blog Ini
PUISI-PUISIKU
AKHIR
Pergilah bunga,musim telah berganti,tak pantas lagi untuk kisah kita
Lupakan sajalah,
Embun yang biasa menghampirimu,pagi yang biasanya menyapamu
Telah jadi kemarin itu semua.
Selamat tinggal bunga,nuansaku tertawan mawar lain
Dan ini akhir,titik,habis.
Izal,15 juni 2009
Aku teringat langit senja kala itu,senja dimana kau dan aku saling menatap di kedalaman mata dan hati yang sadar akan tangan kita tak akan mampu untuk saling menggenggam ketika dingin hari menghampiri.
Masih terasa tetesan air mata yang kau jatuhkan di pundakku,mengisyaratkan betapa kita adalah jiwa yang menjadi lara,mengukir cerita hati yang menjadi kisah kasih tak terwujud,dan aku pun tak mampu menguasai risaunya ketenangan senja kelabu hari itu.
Teruntuk dirimu yang kusebut janji hati,apakah kau mengetahui ?
Goresan-goresan itu masih dalam tersisa,masih menjadi angan yang tak tahu kapan akan menjadi nyata.goresan-goresan yang menghantarkan ku pada keadaan tenang sendiri dalam penantian.
Apakah kau tahu ?hati kita merasakan hal yang sama tentang perasaanku dan perasaanmu.
Simhponi-simphoni tentang kamu dan aku,tepatnya diwaktu senja beranjak jemput isyarat malam.inginku ulang lagi hanya untuk mengatakan”kau adalah hati yang akan menemani ku menikmati senja-senja berikutnya”.
Halaman dua puluh lima
Mengungkap hati dengan puisi dan lagu,tentang dia yang kusebut kerinduan,kata demi kata tergores,terlantun di bibir yang ingin sekali katakan kau adalah kekasih pertama yang di isyaratkan oleh bandul waktu kepadaku.
Bersama sang pilu aku pergi kejar kupu-kupu terbang tinggi,dan berharap bila aku kembali kelak dia sambut aku dengan rona seperti sua pertama kami,serta pada saat itu akupun berkata kau adalah keindahan yang membuatku bertahan lama di sana.
Tentang rindu yang selalu mengusik tiap detikku.
Kamu.
Semoga saja tak berarti kosong pada hal yang sebenarnya.
Izal,1 juli 2009
Puisi Untuk Marsela
Merangaki bait dalam hati,melantunkannya lewat nada-nada rindu yang begitu menggelitik sunyiku
Saat tanpa kamu,,sedetik terasa begitu lama,nadi-nadiku terasa menua kala hatinya tak dapat ku raba,
Entahlah apa harus kusebut ini.
Malam bisa telan aku,bunuh mati kesendirianku,tapi membayangkannya munculkan terang yang hangat,mendekap erat,menjaga lelapku.
Mungkin denting dawai gitar yang begitu indah akan habis ditelan jemari simfoni.tapi tak begitu tentang kamu.kamu edelwisse.
Sepiku kini terbunuh mati olehmu,hinnga tak dapat lagi rasa bagaimana benci.
I’m promise
Kan jadi malaikat yang jaga tidurmu,dongengkan cerita sang cinta.Yang dalam,dalam hati.
Izal,4 maret 2009
SIMPONIKU
Dan aku akan menunggu meski seribu tahun lamanya
Tapi kupertanyakan tibakah usiaku hingga kala itu..?
Dan kutuliskan kata-kata ini kepadamu jelita
Tapi apakah terbaca olehmu surat hati yang tersirat sepenuh asa ini..?
Serta setiap bulir embun pagi yang tawa
kutitipkan rindu kepada mereka untuk menyambut wajahmu yang masih menjadi angan
Entah,akankah terjaga dirimu saat isyarat itu..?
Kau,rahasia hati.
Entahlah apa akan terungkap.?
Entahlah apa akan kau mengerti.?
Simponiku mengelabu kian hari,menanti yang tak tersentuh oleh hati yang meradang kasih
Simponiku,mungkin hanya akan mengenangmu di sisa jiwa
ad
a.
Simponiku
Karamnya kisah cinta tak terlantun.
Izal,25 maret 2010
Aku Dan Perasaan Cinta
Sungai dan arusnya membawa keheningan kepada sendiriku,
ketika mereka mengajari tentang kerikil-kerikil perjalanan kemarin dan esok.
Rintik hujan serta pagi di balik bukit menyanyi pada batinku,
menyeru lagu tentang bunga yang telah layu serta mati terkhianati kumbang-kumbang
pegelana taman,
bunga yang dariku dirampas oleh cawan-cawan anggur milik pengkhianat mimpi.
Perasaanku tercurah hanya kepadanya,
sungai serta pohon-pohon saksi hari,
saksi dari daun-daun yang berguguran,
saksi musim-musim dan saksi pertarungan alam.
Perasaanku tentang yang kusebut cinta,yang manis dan melukai.
Kini perasaanku ternasehati olehnya tentang bunga lain dari taman lain yang tak tersentuh lagu-lagu dan sair puisi,
hanya malam dengan bintangnya,
hanya musim dengan bulir embunnya,
serta angin dengan semilir dan diamnya jadi teman sejati.
Kini aku dan perasaan cintaku menggumam pinta saat sepertiga malam,
tentang mau mengerti hatinya saat terungkap kepadanya mimpi-mimpiku tentang kami.
Aku membutuhkannya karena mencintainya.
Sepenggal syair untuk
B
unga
Aku mulai mengerti setelah temukan bunga yang layu itu mengungkap dirinya dengan telanjang di hadapanku,dia yang tertunduk setelah luluh akan rayu sang kumbang yang ia persilahkan hinggap hisap madunya atas janji akan menyampaikan sari pada putiknya ketika aku menghentikan perahuku untuk bertambat di taman tempat renungnya.
Aku mulai mengetahui ia adalah tangan gemulai yang pandai menyentuh dengan alunan irama palsu,tapi tanpa sadar dirinya telah terkendali oleh kepak sayap yang patahkan helai-helai jubah indahnya.
Aku mulai merasa iba pada bunga itu,yang mencurahkan dera hatinya lewat sair-sair yang ia titipkan pada angin,tentang aku yg ia pinta untuk kembali ketempat dimana tak mungkin akan ku kayuh lagi perahuku.
Lalu,ku sampaikan pada angin yang menghampiri sang bunga layu itu tentang sudah begitu jauh tenang arus sungai ini membawaku,telah begitu banyak pohon dan kicauan burung-burung,pagi serta senja menyanyikan ilham hening diri padaku,dan aku tak lagi akan menemuinya.
Top of Form
Bottom of Form
Izal,03 jan ‘09
Surat buat pujangga
Dari setangkai hati,buat pujangga
Tolong kirimkan lagi sebait puisi untukku
Agar yakin hatinya bahwa aku merindu
Tolong suratkan padanya tentang rasa yang tak dapat aku isyaratkan
Agr tahu hatinya bahwa aku menanti
Tapi...
Jangan katakan padanya sejauh mana aku mencari,karena kamu lebih mengerti tentang kami
Pujangga,sampaikan slamku untuk hatinya
Katakn aku menunggu dibatas mimpi
Izal,10 oktober 2007
Pelita yang redup
Berdiri menegarkan kaki dalam gelap yang sendiri,menjaga cahaya penuntun kepada terang
Terjatuh terkadang,tapi ikrar untuk bangun kembali kujaga
Pelita kukawal agar tak padam,kupelihara dengan tangan sebagai penghalang angin hingga badai yang coba lenyapkan cahayanya
Tapi tak kuat,tak cukup hinggah suluhku semakin redup
Dingin gigil mulai datang menyerang,langkah menjadi terseok tanpa arah
Mataku gelap
Aku sendiri dalam tak tentu
Siapa ?
Kau yang kuharap menjelang iringi tangan lemah ini
Tangan-tangan lain,aku butuhkan kau bantu jaga hingga nyala pelitaku kembali terang dan menghangatkan.
Mengadu,mengaduh,gaduh sendiri
Kemana ?
Tangan-tangan,suara-suara pencerah.
Hilang sudah,ya sudah.
Tak mengapa,Tuhan masih dalam hatiku.
Izal,26 okt 2010
Tinta Merah
Ini,tinta merah
Tanda lukaku tergores kamu
Rona tawa nelangsa
Ini
Tinta isyarat waktu,yang bawa pergi hatimu saat tanganku genggam begitu erat dikau
Dan dirimu
Wahai yang berlalu
Kini sepi adalah detak nadiku
Dan rindu
Dan ini
Tinta merah yang kugores pada gelas kaca.
Izal,26 juni 2009
Puisipuisiku
Beranda
Langganan:
Postingan (Atom)